Saturday 27 April 2013
Oleh : Wisnu
Muliawati
Mahasiswa
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, angkatan 2011
Televisi menjadi
satu hal pokok yang dimiliki bagi setiap masyarakat dalam memperoleh hiburan
dan informasi. Berbagai macam jenis hiburan, berita negara, berita lokal,
bahkan berita mancanegara bisa diperoleh dengan menonton Televisi (TV).
Kemudian perkembangan zaman, sosial budaya, dan berbagai kultur kehidupan
masyarakat dapat juga diketahui dan dikenali dengan menonton Televisi.
Dekade ini,
Indonesia telah memiliki beberapa stasiun televisi, mulai dari stasiun TV
Nasional, stasiun TV Swasta, dan stasiun TV Lokal. Masing-masing stasiun
Televisi berlomba-lomba memberikan kontribusinya dalam bentuk tayangan acara
(siaran) harian, seperti acara hiburan, berita perkembangan pemerintah
(kasus-kasus pemerintahan), reality show, film, sinetron, drama komedi, kuis-kuis
berhadiah, film kartun, acara musik harian dan masih banyak lainnya. Berbagai
tayangan Televisi dipersembahkan untuk pemirsa yang salah satu tujuannya agar
mendapatkan rating penikmat tayangan acara Televisi, sehingga keberlangsungan
stasiun TV tersebut tetap terjaga dari tahun ke tahun.
Tanpa kita
sadari, berbagai tayangan acara TV berangsur-angsur telah mempengaruhi dan
membentuk kepribadian serta cara pandang masyarakat Indonesia. Ketika era telah
mencapai modernisasi, globalisasi dan liberalisasi, maka berbagai stasiun TV
akan mengambil topik yang sedang hangat-hangatnya atau “lagi
ngetren-ngetrennya”. Sehingga tanpa kita sengaja, mulai dari gaya hidup, cara
pandang, tingkat pemikiran dan cara penyelesaian problem masyarakat yang
sedikit demi sedikit akan bergeser dari konsep dan nilai-nilai kaidah yang
patut. Cara hidup mulai mengarah pada era globalisasi yang tidak semuanya patut
ditiru. Inilah yang disebut mengapa Indonesia sedang dijajah secara mental.
Budaya barat, budaya hedonis dan kehidupan liberalisme secara perlahan telah
mengikis nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Oleh karenanya,
sangat diperlukan pemirsa yang bijaksana. Pemirsa yang bijaksana adalah
seseorang yang mampu memilah-milah apa yang perlu ditonton dan mampu melakukan
filter tentang apa yang penting untuk diketahuinya. Sebab, tanpa kita sadari
otak kita selalu merekam apa yang kita lihat, mendengar dan merasakan. Di zaman
yang begitu kompleks seperti sekarang ini, dunia memberikan banyak pilihan
diantara banyak jalan. Begitu sulit untuk menjadi seseorang yang ada pada
garisnya. Banyak faktor yang kadang mengharuskan kita untuk bergeser dari
konsep awal. Maka dari itu, jadilah penonton yang baik dan bijaksana. Apa yang
kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan tidak semua adalah
hal mutlak yang harus diikuti.
Tentunya ini
semua juga tidak terlepas dari peran dan tanggungjawab Pemerintah, seperti
Lembaga Sensor Perfilman Indonesia. Namun, semua kontribusi dari pemerintah
akan kembali lagi kepada masing-masing tanggungjawab setiap individu masyarakat
Indonesia, mengenai tanggungjawab sosial, tanggungjawab beragama, tanggungjawab
moral dan tanggungjawab berkemanusiaan.
Posted on 00:44 by Unknown
Oleh : Wisnu Muliawati
Mahasiswa Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, angkatan 2011
Parkiran adalah
tempat bagi seseorang untuk meletakkan atau memberhentikan kendaraannya di
tempat khusus. Kendaraan yang biasa diparkirkan seperti truk, bus, mobil,
sepeda motor, sepeda, becak dan kendaraan darat lainnya. Adanya parkiran dapat
kita lihat diberbagai tempat, misalnya di teras swalayan, toko, pasar, sekolah,
universitas, rumah penduduk dan lain-lain. Sedangkan tarif parkir kendaraan di
tempat-tempat umum beragam, seperti tarif sepeda Rp 500,- lalu tarif sepeda
motor Rp 1000,- sedangkan tarif mobil Rp 2000,- kemudian tarif parkir truk Rp
5000,-. Bahkan kadang tarif parkir dapat meningkat sebanding dengan adanya
acara yang banyak pengunjungnya, misalnya saja pameran, karnaval, bazar, maka
tarif parkir dapat meningkat.
Parkiran dirasa
banyak memberi manfaat, baik dilihat dari sisi keamanan, penjagaan, ketertiban,
dan kerapian daerah sekitar perkumpulan. Maka, adanya tarif parkir wajib
menjadi hal yang perlu dibakukan. Namun ada juga sebagian orang yang merasa
terbebani dengan adanya tarif parkir, seperti keluhan “mau parkir sebentar saja
kok bayar!!”. Bahkan ada juga yang melakukan trik khusus agar tidak dikenai
biaya parkir oleh penjaga, yaitu segera menghindar.
Padahal, menurut
pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, jika dibandingkan dengan tarif parkir
dunia, tarif parkir di Indonesia adalah tarif parkir termurah di dunia. Tanpa
disadari oleh pemerintah dalam hal ini mengakibatkan banyak resiko jangka
panjang bagi masyarakat Indonesia sendiri. Perbincangan mengenai tarif parkir
memang begitu sederhana, namun apabila kita melihatnya secara mendalam, bahwa
dengan meningkatnya tarif parkir akan banyak perubahan mengenai cara pandang,
cara hidup, dan bersosialisasi masyarakat Indonesia ke arah yang lebih baik.
Mengingat begitu banyak dampak mendatang yang ditimbulkan kendaraan beremisi,
diantaranya;
Pertama, murahnya tarif
parkir membuat orang cenderung menggunakan kendaraannya meskipun pergi ke
tempat yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Secara tidak sengaja, hal ini
akan membuat jarak seorang individu dengan masyarakatnya. Seseorang menjadi
enggan untuk menyapa dan memberi salam. Sehingga jarak hubungan dalam
bermasyarakat semakin merenggang dan tingkat koordinasi yang individualisme
semakin berkembang. Diharapkan dengan tingginya tarif parkir maka seseorang
akan berfikir dua kali untuk bepergian dengan kendaraan. Maka, masyarakat lebih
memilih berjalan kaki, selanjutnya lingkungan menjadi bersahabat dan suasana
menjadi ramah lingkungan. Hal ini dapat kita lihat seperti yang dilakukan di
negara-negara maju, kebanyakan dari masyarakatnya lebih suka berjalan kaki
dalam beraktifitas.
Kedua, semakin banyak
masyarakat yang menggunakan kendaraannya maka semakin banyak emisi (gas CO)
yang dikeluarkan oleh kendaraan. Hal ini tentu akan memberikan dampak negatif
jangka panjang bagi kehidupan mendatang. Sederhananya, polusi dan pencemaran
udara berangsur-angsur tidak dapat dihindari. Apalagi dengan melihat fenomena
kini, setiap orang berhasrat untuk memiliki fasilitas kendaraan, contohnya saja
sepeda motor menjadi hal yang mutlak untuk dimiliki. Dimulai dari yang muda
sampai yang tua, mulai dari pekerja kantoran, seorang karyawan, pegawai,
pengusaha, mahasiswa, siswa sekolah menengah atas bahkan siswa sekolah menengah
pertama pun kini sudah memiliki kendaraan sendiri. Apabila setiap orang di
negeri ini mempunyai sepeda motor, maka dapat dibayangkan berapa banyak
sumbangan emisi bagi lingkungan perharinya. Berapa banyak jumlah pertahun
sepeda motor yang di impor negara kita demi permintaan konsumen dan berapa
sumbangan kerusakan karena adanya kendaraan-kendaraan beremisi di Indonesia.
Oleh karenanya,
diharapkan dengan adanya tarif parkir yang tinggi di berbagai tempat, maka
membuat seseorang cenderung lebih memilih untuk berjalan kaki. Hal ini juga
dapat menjadi acuan dalam keunggulan pribadi, seperti demi berjalan kaki
seseorang akan lebih disiplin, lebih tertib, lebih menghargai waktu dan lebih
melakukan perancanaan aktifitas. Tanpa disengaja hal ini dapat mempengaruhi
kepribadian bangsa Indonesia dan lingkungan kearah perbaikan.
Ketiga, penggunaan
kendaraan secara berlebihan dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas. Dampak ini
bukan lagi hal yang langka, karena sebagian kota-kota besar di Indonesia telah
mengalami kondisi lalu lintas yang telampau mecet. Diharapkan dengan
meningkatnya tarif parkir dapat menyadarkan seseorang tentang konsekuensi yang
dibawanya dengan menggunakan kendaraan pribadinya.
Membentuk
kepribadian bangsa, mengurangi efek gejala rumah kaca, meninggalkan kemacetan
lalu lintas merupakan tugas besar bagi setiap individu. Ini semua mustahil akan
terwujud jika hanya dilakukan oleh segelintir orang. Maka perlu adanya
kesadaran bagi setiap individu demi terciptanya perbaikan masa mendatang
khususnya bagi Indonesia Raya tercinta. Jika kita belum bisa mengambil jalan
keluar dari naiknya harga BBM dan mencegah hasrat konsumen terhadap permintaan
kendaraan beremisi, maka dapat diambil jalan keluar lainnya yaitu dengan
meningkatkan tarif parkir disetiap wilayah secara merata dan menyeluruh.
Sedangkan penghasilan dari tarif parkir dapat dihimpun untuk melakukan
pembangunan nasional lainnya.
Kita sadar, bahwa
awal dari semua ini akan membawa pertentangan dari berbagai pihak. Namun,
bertahanlah wahai penguasa. Jadikanlah ketidakpahaman masyarakat sebagai alasan
untukmu demi menunaikan tugas mulia ini. Lakukanlah sosialisasi secara
kekeluargaan, menyeluruh, transparan dan berikanlah rakyat pemahaman yang lurus.
Posted on 00:42 by Unknown
Subscribe to:
Posts (Atom)
Popular Posts
-
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) KOMISARIAT FAKULTAS SAINS-TEKNOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA
-
Oleh : Wisnu Muliawati Mahasiswa Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, angkatan 2011 Parkiran adalah te...
-
Oleh : Wisnu Muliawati Mahasiswa Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, angkatan 2011 Televisi menjadi s...
Blogger templates
Categories
- Info HMI Saintek (1)
- Opini Kader (2)
Powered by Blogger.