Oleh : Wisnu Muliawati
Mahasiswa Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, angkatan 2011

Televisi menjadi satu hal pokok yang dimiliki bagi setiap masyarakat dalam memperoleh hiburan dan informasi. Berbagai macam jenis hiburan, berita negara, berita lokal, bahkan berita mancanegara bisa diperoleh dengan menonton Televisi (TV). Kemudian perkembangan zaman, sosial budaya, dan berbagai kultur kehidupan masyarakat dapat juga diketahui dan dikenali dengan menonton Televisi.
Dekade ini, Indonesia telah memiliki beberapa stasiun televisi, mulai dari stasiun TV Nasional, stasiun TV Swasta, dan stasiun TV Lokal. Masing-masing stasiun Televisi berlomba-lomba memberikan kontribusinya dalam bentuk tayangan acara (siaran) harian, seperti acara hiburan, berita perkembangan pemerintah (kasus-kasus pemerintahan), reality show, film, sinetron, drama komedi, kuis-kuis berhadiah, film kartun, acara musik harian dan masih banyak lainnya. Berbagai tayangan Televisi dipersembahkan untuk pemirsa yang salah satu tujuannya agar mendapatkan rating penikmat tayangan acara Televisi, sehingga keberlangsungan stasiun TV tersebut tetap terjaga dari tahun ke tahun.
Tanpa kita sadari, berbagai tayangan acara TV berangsur-angsur telah mempengaruhi dan membentuk kepribadian serta cara pandang masyarakat Indonesia. Ketika era telah mencapai modernisasi, globalisasi dan liberalisasi, maka berbagai stasiun TV akan mengambil topik yang sedang hangat-hangatnya atau “lagi ngetren-ngetrennya”. Sehingga tanpa kita sengaja, mulai dari gaya hidup, cara pandang, tingkat pemikiran dan cara penyelesaian problem masyarakat yang sedikit demi sedikit akan bergeser dari konsep dan nilai-nilai kaidah yang patut. Cara hidup mulai mengarah pada era globalisasi yang tidak semuanya patut ditiru. Inilah yang disebut mengapa Indonesia sedang dijajah secara mental. Budaya barat, budaya hedonis dan kehidupan liberalisme secara perlahan telah mengikis nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Oleh karenanya, sangat diperlukan pemirsa yang bijaksana. Pemirsa yang bijaksana adalah seseorang yang mampu memilah-milah apa yang perlu ditonton dan mampu melakukan filter tentang apa yang penting untuk diketahuinya. Sebab, tanpa kita sadari otak kita selalu merekam apa yang kita lihat, mendengar dan merasakan. Di zaman yang begitu kompleks seperti sekarang ini, dunia memberikan banyak pilihan diantara banyak jalan. Begitu sulit untuk menjadi seseorang yang ada pada garisnya. Banyak faktor yang kadang mengharuskan kita untuk bergeser dari konsep awal. Maka dari itu, jadilah penonton yang baik dan bijaksana. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan tidak semua adalah hal mutlak yang harus diikuti.
Tentunya ini semua juga tidak terlepas dari peran dan tanggungjawab Pemerintah, seperti Lembaga Sensor Perfilman Indonesia. Namun, semua kontribusi dari pemerintah akan kembali lagi kepada masing-masing tanggungjawab setiap individu masyarakat Indonesia, mengenai tanggungjawab sosial, tanggungjawab beragama, tanggungjawab moral dan tanggungjawab berkemanusiaan.